Ketika berbicara tentang sukses, banyak orang mengartikan dengan banyaknya hasil yang sudah diperoleh, lebih kepada materi dan deretan angka. Seperti jika orang sudah memiliki mobil dan rumah besar, maka dia akan dibilang sebagai orang sukses. Lantas pertanyaan lain yang muncul adalah apakah keadaan orang yang tidak seperti yang orang lain harapkan, misalnya orang tersebut miskin, kemudian orang tersebut adalah orang gagal?
Kesuksesan yang
lahir atas dasar deretan angka merupakan dogma yang timbul dari lingkungan
sekitar, yang acapkali menjadikan materi atau deretan angka sebagai skala
sebuah kesuksesan. Orang yang memiliki mobil banyak dan rumah luas, merupakan
salah satu contoh pelabelan yang digunakan orang untuk menilai apakah dia
sukses atau tidak. Namun, seringkali orang lupa, apakah hasil dari kerja keras
tersebut (rumah dan mobil) membawa kebahagiaan untuk dirinya? Misal, orang
tersebut punya rumah besar dan luas dengan deretan mobil mewah terparkir di
dalam garasi, tetapi orang tersebut tidak memiliki keturunan, apakah deretan
mobil dan besarnya rumah bisa menjadikan jaminan orang tersebut bahagia?
Dan pada
akhirnya makna kesuksesan itu kembali kepada pribadi seseorang, apakah orang
tersebut bahagia atas hasil yang diperoleh? Apakah orang tersebut tidak merasa
ada keterpaksaan dalam mengejar hasil yang ada? Tentunya setiap orang memiliki
klasifikasi dan pengertian masing-masing.
Bagi saya sukses
terbesar dalam hidup saya adalah ketika saya tidak akan pernah menyerah untuk
berusaha mengejar cita-cita saya meski
keadaan sekitar tidak mempercayai kemampuan saya, karena saya adalah penyandang
cacat setelah mengalami kecelakaan motor 13 tahun lalu. Tapi, meski saya memiliki
keterbatasan tangan, bukan berarti hal
tersebut menjadi penghalang bagi saya untuk
meraih cita-cita saya, yakni bisa membahagiakan dan membuat bangga orang-orang
yang ada di sekitar saya.
Awal kebahagiaan
saya adalah ketika saya bisa mewujudkan mimpi kakek nenek saya untuk pergi
umroh. Siapa yang tahu, saya yang dulu adalah orang yang paling dikhawatirkan
oleh mereka karena kondisi saya yang cacat takut menjadi penghalang bagi saya
untuk bisa bekerja, ternyata nyatanya saya bisa mewujudkan impian orang yang
paling saya sayangi untuk bisa pergi umroh.
Namun, memang
sangatlah tidak mudah untuk bisa membuktikan kepada masyarakat, bahwa penyandang
cacat juga bisa berkontribusi dalam bekerja dan berkarya. Karena, penyandang
cacat ini masih mendapat label negative di sekeliling masyarakat sebagai orang
yang tidak bisa melakukan apa-apa dan merepotkan. Ini didasari atas pengalaman
yang pernah saya peroleh ketika lulus kuliah S1. Sulitnya mencari pekerjaan
bagi penyandang cacat sangat saya rasakan. Dua kali saya ditolak perusahaan
perbankan karena kondisi saya ini. Meski saya lolos dari tahapan-tahapan yang
mereka syaratkan, tetapi mereka tetap saja tidak mau menerima kondisi saya ini,
dengan alasan adalah keterbatasan fisik saya bisa menjadi penghalang
berkembangnya perusahaan tersebut.
Sejak peristiwa
tersebut saya menyadari bahwa kegagalan dan cacian ternyata yang membentuk saya
menjadi pribadi seperti sekarang ini, tidak pernah lelah untuk terus meraih
cita-cita saya. Saya sekarang bekerja sebagai Dosen di salah satu Universitas
Swasta di Depok. Selain itu, saya juga bekerja di DPR sebagai tenaga ahli dan
freelance researcher untuk kasus politik.
Dengan status
tersebut, telah membuktikan dengan sendirinya, meski saya memiliki keterbatasan
fisik, tetapi saya masih memiliki pemikiran yang bisa saya sumbangkan untuk
kemaslahatan hidup rakyat Indonesia. Tentunya pemikiran ini saya tuangkan dalam
bentuk analisa dan key point kepada
atasan saya (Anggota DPR) untuk bisa disuarakan pada saat rapat dengan
kementriaan terkait. Sebagai contoh, ketika atasan saya sedang rapat dengan
Kemendikbud, maka saya membuat analisa dan ringkasan atas permasalahan
pendidikan di Indonesia dan harus ada pembenahan terkait permasalahan tersebut.
Selain itu,
pemikiran saya yang lain untuk bisa berkontribusi ke Negara adalah pada saat
mengajar saya selalu meyakinkan mahasiswa untuk bisa menjadi pengusaha yang
bisa membantu Negara menyelesaikan masalah pengangguran. Selain mengatasi
penggangguran, semakin banyak pengusaha lahir, maka Negara akan semakin maju
dan berkembang, karena akan lahir inovasi baru dari para pengusaha ini. Untuk
itu, saya akan terus tanamkan kepada mahasiswa agar menjadi pengusaha dan
membekali mereka dengan ilmu.
Pemikiran-pemikiran
diatas tersebut merupakan sebuah kesuksesan bagi saya, meski saya belum tahu
buah atau hasil dari pemikiran saya, tetapi saya yakin jika kita berbuat
sesuatu untuk kemaslahatan hidup masyarakat dan Negara, maka tentunya akan
menghasilkan, entah sekarang atau lusa nanti.
Oleh karena itu, berbicara mengenai sukses yang
terjadi dalam hidup ini, tidak terlepas dari rangkaian kegagalan yang pernah
saya alami. Saya memiliki pandangan bahwasanya sukses itu bukanlah hanya
capaian yang telah kita dapat, namun sukses juga terdapat pada mimpi-mimpi
besar kita yang dengan berbagai daya serta upaya akan dicapai dan diwujudkan
nantinya serta bermanfaat untuk orang lain.
Saya menyadari
kesuksesan ini bukan lah atas usaha dan kerja kerasku tapi buah dari doa kakek
nenek ku dan rencana yang Allah SWT rancang untuk diriku. Kesadaran itu terasa
kuat karena kesuksesan ini tidak bisa aku klaim sebagai hasil peluh sendiri
tapi bagian dari doa orang-orang yang menyayangiku. Aku meyakini bahwa aku adalah
bagian dari perwujudan doa dan pengorbanan orang-orang ikhlas, pahlawan tanpa
nama, dan penyandang cacat yang terzalimi, yang menginginkan adanya persamaan
hak dalam bekerja.
Semakin
banyak saya memberikan manfaat untuk orang lain, semakin aku bahagia. Meski
hanya lewat kisah hidup ku, namun aku yakin jika semua orang berkeyakinan dan
memempunyai tekad yang kuat, semua yang mereka inginkan tentulah dapat mereka
dapatkan. Aku akan sangat merasa bahagia jika semua anak Indonesia punya
harapan yang tinggi. Karena awal dari sebuah kesuksan adalah dari mimpi dan
kerja keras untuk membuatnya menjadi nyata.